SUNNAH-SUNNAH KETIKA AKAN TIDUR
حَدَّثَنَا
قَبِيصَةُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ
حِرَاشٍ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ بِاسْمِكَ أَمُوتُ
وَأَحْيَا وَإِذَا قَامَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا
أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ
النُّشُورُ
60.9/5837. Telah menceritakan kepada kami Qabishah telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdul Malik dari Rib'i
bin Hirasy dari Hudzaifah bin Yaman dia berkata; Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hendak tidur,
beliau mengucapkan: 'Bismika amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu aku mati dan aku
hidup).' Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: Al
Hamdulillahilladzii ahyaana ba'da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi
Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah
tempat kembali). (HR.Bukhori)
1. Tidur di awal malam
Di antara tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah tidur di awal malam, berdasarkan hadits dari sahabat
Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
أَنَّ
رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ
وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا.
“Adalah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat isya dan
berbincang-bincang setelahnya (setelah shalat Isya’).” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
2. Disunnatkan berwudhu’
Sebelum tidur, dan berbaring miring sebelah kanan. Al-Bara’ bin `Azib
Radhiallaahu ‘anhu menuturkan : RasulullahShalallahu’alaihi Wassallam bersabda:
“Apabila kamu akan tidur, maka berwudlu’lah sebagaimana wudlu’ untuk shalat,
kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan…” Dan tidak mengapa
berbalik kesebelah kiri nantinya.
إِذَا
أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى
شِقِّكَ الأَيْمَنِ
“Jika kamu
mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu
berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
3. Disunnatkan pula mengibaskan sperei tiga kali sebelum
berbaring
Berdasarkan hadits Abu Hurairah Radhiallaahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda: “Apabila seorang dari kamu
akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan kainnya pada tempat
tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya…” Di
dalam satu riwayat dikatakan: “tiga kali”. (Muttafaq `alaih).
4. Makruh tidur tengkurap
Abu Dzar Radhiallaahu ‘anhu
menuturkan :”Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam pernah lewat melintasi aku,
dikala itu aku sedang berbaring tengkurap. Maka Nabi membangunkanku dengan
kakinya sambil bersabda :”Wahai Junaidab (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya
berbaring seperti ini (tengkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka“.
(H.R. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
5. Makruh tidur di atas dak terbuka
Karena di dalam hadits
yang bersumber dari `Ali bin Syaiban disebutkan bahwasanya
NabiShalallahu’alaihi Wassallam telah bersabda: “Barangsiapa yang tidur malam
di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya“.
(HR. Al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad, dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
6. Mematikan api dan menutup pintu-pintu sebelum tidur
Perkara yang penting untuk diperhatikan ketika
hendak tidur adalah mematikan api yang ada di dalam rumah. Hal ini berdasarkan
sebuah hadits dari sahabat Jabir radhiyallahu
‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أَطْفِئُوا
المَصَابِيحَ إِذَا رَقَدْتُمْ وَغَلِّقُوا الأبْوَابَ وَأَوْكُوا الأسْقِيَةَ
وَخَمِّرُوا الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ
“Matikanlah lentera-lentera jika kalian hendak
tidur! Tutuplah pintu-pintu, bejana-bejana, makanan dan minuman!” (Muttafaqun ‘alaih)
Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma juga
meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لاَ
تَتْرُكُوا النَّارَ فِي بُيُوتِكُمْ حِينَ تَنَامُونَ
“Janganlah kalian membiarkan api menyala di
rumah-rumah kalian ketika kalian tidur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
7. Membaca do`a-do`a dan dzikir
Yang keterangannya shahih
dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam, seperti : (Allaahumma qinii yauma tab’atsu ‘ibaadaka)”
Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali
segenap hamba-hamba-Mu“. Dibaca tiga kali.(HR. Abu Dawud dan di hasankan oleh
Al Albani)
8. Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash
(qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An
Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali. Setelah itu mengusap
kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini
dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ
إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ
فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا
مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا
أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam,
beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut
ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu
birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An
Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh
yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau
melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).
9. Dan membaca: Bismika Allahumma Amuutu Wa ahya ” Dengan
menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.” (HR. Al Bukhari)
10. Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa
ketakutan, maka disunnatkan (dianjurkan) berdo`a dengan do`a berikut ini :
” A’uudzu bikalimaatillaahit taammati min ghadhabihi Wa syarri ‘ibaadihi, wa
min hamazaatisy syayaathiini wa an yahdhuruuna.“Aku berlindung dengan
Kalimatullah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari
gangguan syetan dan kehadiran mereka kepadaku“. (HR. Abu Dawud dan dihasankan
oleh Al Albani)
11. Membaca ayat kursi sebelum tidur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
وَكَّلَنِى
رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى
آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ
إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ
عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ .
فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ
شَيْطَانٌ »
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga
harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku
merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang
kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu,
bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan
syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia
itu syetan“. (HR. Bukhari no. 3275)
12. Mencuci tangan dari
kotoran
Syariat yang mulia ini mengajarkan kepada kita agar menjaga
kebersihan, termasuk berkaitan dengan pembahasan kita tentang adab tidur.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita tidur sebelum mencuci
kedua tangan yang kotor akibat makanan, sebagaimana sabdanya:
مَنْ
بَاتَ وَفِي يَدِهِ غَمَرٌ لَمْ يَغْسِلْهُ فَأَصَابَهُ شَيْءٌ فَلَا يَلُومَنَّ
إِلَّا نَفْسَهُ
“Barangsiapa
yang tidur dan di tanganya ada ghomar yang tidak di basuh kemudian terjadi
sesuatu yang tidak disukainya, maka janganlah mencela kecuali terhadap dirinya
sendiri.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu)
Ghomar adalah kotoran dan bau tak sedap pada tangan saat setelah
makan.
SUNNAH-SUNNAH
KETIKA BANGUN TIDUR
1. Membaca
do’a
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
"Alhamdulillahil ladzi ahyana
ba'da ma amatana wa ilaihin nusyur."
Artinya : "Segala puji bagi
Allah, yang membangunkan kami setelah mematikan kami dan kepadaNya kami
dibangitkan." (HR Bukhori dan Muslim)
2. Mengusapkan
tangan ke wajah untuk menghilangkan kantuk
فَاسْتَيْقَظَ
رَسُلُ اللهِ فَجَلَسَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ بِيَدِهِ
Artinya:
Rasulullah bangun tidur, lantas beliau duduk sembari menghilangkan rasa kantuk
dengan mengusapkan tangannya ke wajahnya” (HR.Muslim)
3. Bersiwak
ketika bangun tidur
Dalilnya adalah hadits Hudzsifah
radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ
فَاهُ بِالسِّوَاكِ
“Nabi
صلى الله عليه وسلم apabila bangun pada malam hari menggosok mulutnya dengan siwak.”
[HR Al Bukhari (245) dan Muslim (255)]
4. Beristintsaar (Mengeluarkan
/Menyemburkan Air Dari Hidung Sesudah Menghirupnya)
Dari
Abu Huroiroh رضي الله عنه, Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda, "Jika kalian bangun tidur maka
hendaknya berwudhu lalu memasukkan air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya
dengan menggunakan napas sebanyak tiga kali karena setan itu menginap di
pangkal hidung." (HR. al-Bukhori no. 3121 dan Muslim no. 238)
Syaikh
Muhammad bin Sulaiman bin Abdul Aziz al-Bassam, mantan pengajar di Masjidil
Haram, mengatakan, "Adapun menginapnya setan di pangkal hidung maka besar
kemungkinan hal ini terjadi jika seorang itu tidak membaca wirid ketika hendak
tidur — terutama ayat kursi. Alasan kemungkinan ini adalah hadits dari Abu
Huroiroh رضي الله عنه 'Dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi
tiba." (HR. Bukhari no. 3273)
5. Mencuci Kedua Tangan Tiga Kali
Berdasarkan
hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Artinya
: Bila salah seorang diantaramu bangun tidur, janganlah ia menyelamkan
tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali [Hadits Riwayat
Bukhari no. 162 dan Muslim no. 278].
SUNNAH-SUNNAH
KETIKA MAKAN
1. Membaca
Basmalah Sebelum Makan Dan Minum, Hamdalah Setelahnya
Termasuk
dari adab makan dan minum adalah membaca basmalah sebelum makan dan minum, dan
membaca hamdalah setelahnya. diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah berkata :
كنتُ
غُلاما في حجْرِ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ،وكانت يَدي تطيشُ في الصحفَة ،
فقال لي رسول الله -صلى الله عليه وسلم- : ياغلامُ ، سَمَّ اللَّه ، وكلْ بيمينك ،
وكلْ مما يلَيك
Artinya
: "Ketika aku masih kecil dalam didikan Rosulullah -sholallahu 'alaihi
wasallam-. dan tanganku mengambil makanan dari segala sisi piring. maka berkata
kepadaku Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- : wahai anak. bacalah
basmalah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat
darimu." (HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)
Dan
membaca hamdalah setelah makan atau minum, sesuai dengan sabda Rosulullah
-sholallahu 'alaihi wasallam- :
من
أكل طعاما فقال الحمد لله الذي أطعمني هذا ورزقنيه من غير حول مني ولا قوة غفر له
ما تقدم من ذنبه
Artinya
: "Barang siapa yang setelah makan membaca Alhamdulillahil ladzi ad'amani
hadza wa rozaqanihi min ghoiri haulin minni wala quwwah maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu." (HR At-Tirmidzi. Al-Albani berkata : hadist
hasan)
2. Larangan
Menggunakan Piring/Gelas Dari Emas Dan Perak
Islam
melarang keras penggunaan piring atau gelas dari emas dan perak untuk makan dan
minum. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :
ولا
تشربوا في آنية الذهب والفضة، ولا تأكلوا في صحافهما، فإنها لهم في الدنيا ولكم في
الآخرة
Artinya
: "Dan janganlah kalian minum dari gelas emas atau perak, dan jangan
(pula) makan menggunakannya. bahwa itu (piring/gelas dari emas dan perak) untuk
mereka (non-muslim) didunia dan untuk kita diakherat." (HR Bukhori,
Muslim, Ahmad, At-tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud dan Ibnu Majah)
3. Larangan
Makan dan Minum Dengan Posisi Bersandar
Diriwayatkan
dari Abu Juhaifah berkata :
كنتُ
عِنْد رَسُول الله - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلم - فَقَالَ لرجلٍ عِنْده : أَنا
لَا آكُلُ وَأَنا مُتَّكِئٌ
Artinya
: "Aku pernah bersama Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- ketika
beliau berkata kepada seseorang yang bersamanya juga : Aku tidak makan dalam
posisi bersandar." (HR Bukhori, Ahmad, At-tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu
Majah)
Ibnu
Hajar menjelaskan maksud bersandar dalam hadist diatas : Macam-macam maksud
bersandar seperti dalam hadist diatas diantaranya adalah bersandar ditangan
dengan posisi badan miring. juga duduk dengan bersandarkan tangan kiri.
4. Mendahulukan
Makan Dari Pada Sholat Ketika Makanan Telah Siap
Ketika
hidangan makanan telah siap dan iqomah sholat telah dikumandangkan, maka
dahulukan makan dari pada sholatnya sesuai dengan sabda Rosulullah -sholallahu
'alaihi wasallam- :
إذا
وضع العشاء وأقيمت الصلاة فابدؤوا بالعشاء
Artinya
: "Jika hidangan makan malam telah siap dan iqomah sholat telah
dikumandangkan maka mulailah dengan makan malam." (HR Bukhori, Muslim,
Ahmad, At-thirmidzi, An-Nasai dan Ad-Darimi)
Rosulullah
-sholallahu 'alaihi wasallam- juga bersabda :
إذا
وضع عشاء أحدكم وأقيمت الصلاة فابدؤوا بالعشاء ولا يعجل حتى يفرغ منه
Artinya
: "Jika telah siap hidangan makan malam untuk kalian dan (juga) telah
dikumandangkan iqomah sholat, maka mulailah dengan makan malam dan jangan
terburu-buru sampai selesai (dari makan malam)." (HR Bukhori, Muslim,
Ahmad, At-thirmidzi, Abu Daud, Ad-Darimi dan An-Nasai)
5. Makan
Dan Minum Dengan Tangan Kanan
Menggunakan
tangan kanan untuk makan dan minum, dan Islam melarang untuk menggunakan tangan
kiri. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :
لاتأكلوا
بالشمال فإن الشيطان يأكل بالشمال
Artinya
: "Janganlah kalian makan dengan tangan kiri, karena setan makan
menggunakan tangan kiri." (HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah)
6. Disunahkan
Memakan Makanan Setelah Panasnya Berkurang
Ketika
hidangan itu masih panas, disunahkan untuk menunggunya sejenak sampai berkurang
panasnya. berdasarkan hadist yang diriwayatkan dari Asma' binti Abi Bakar
-radhiallahu 'anhuma- :
أنها
كانت إذا ثردت (أي أعدت ثريدا) غطته شيئا حتى يذهب فوره، ثم تقول: إني سمعت رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول"إنه أعظم للبركة"
Artinya
: "Bahwa ketika dia (Asma' binti Abi Bakar) menyiapkan bubur, kemudian dia
menutupnya sampai berkurang panasnya. dia berkata : aku pernah mendengar dari
Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- berkata : Begitu adalah lebih besar
berkahnya." (HR Ad-Darimi dan Ahmad)
An-Nawawi
menjelaskan : bahwa yang demikian itu lebih besar berkahnya karena ketika
panasnya telah berkurang, seseorang akan terhindar dari bahaya memakan makanan
yang panas. sehingga tidak sakit dan kuat untuk mengamalkan ketaatan kepada
Allah.
7. Tidak
Mencela Makanan
Memakan
makanan yang disukai dan tidak mencela makanan ketika makanan itu tidak kita
sukai. sebagaimana yang dipraktekkan Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam- dalam
hadist berikut :
ماعاب
رسول الله صلى الله عليه وسلم طعاما قط، كان اذا اشتهى شيئا أكله وإن كرهه تركه
Artinya
: "Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- tidak pernah mencela makanan
sama sekali. jika beliau mau maka beliau memakannya, dan jika tidak makan
beliau meninggalkannya." (HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan At-Tirmidzi)
8. Tidak
Meniup Pada Air Minum
Pada
saat air minum masih panas, dibenci untuk meniupnya agar cepat dingin.
disarankan untuk menunggunya sampai dingin dengan sendirinya. berdasarkan
larangan dalam sabda Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- berikut :
إذا
شرب أحدكم فلا يتنفس في الإناء
Artinya
: "Jika salah seorang dari kalian hendak minum, maka jangan meniup ke
(air) dalam bejana." (HR Bukhori, Muslim dan Ahmad)
9. Tidak
Minum Langsung Dari Mulut Teko
Jika
hendak minum, hendaklah menuangkan air ke gelas terlebih dahulu. dan tidak
minum langsung dari mulut teko. Karena Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam-
melarang akan hal demikian.
نهى
رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الشرب من فم القربة أو السقاء
Artinya
: "Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- melarang minum langsung dari
mulut ceret atau teko." (HR Bukhori dan Ahmad)
10. Disunahkan
Untuk Makan Bersama
Disunahkan
berkumpul ketika ingin makan. makan bersama akan menambah berkah. lebih banyak
yang kumpul, maka lebih banyak berkahnya juga. Rosulullah -sholallahu 'alaihi
wasallah bersabda :
طعام
الواحد يكفي الاثنين، وطعام الاثنين يكفي الأربعة، وطعام الأربعة يكفي الثمانية
Artinya
: "Makanan satu orang cukup untuk dua orang, dan makanan dua orang cukup
untuk empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan orang." (HR
Muslim, Ahmad dan At-Tirmidzi)
Beliau
juga bersabda :
فاجتمعوا
على طعامكم واذكروا اسم الله عليه يبارك لكم فيه
Artinya
: "Berkumpulkan ketika makan dan bacalah nama Allah maka Allah akan
memberkati kalian dalam makanan itu." (HR Abu Daud dan Ahmad)
11. Tidak
Berlebihan Dalam Makan Dan Tidak Juga Kekurangan
Rosulullah
-sholallahu 'alaihi wasallam- menasehati untuk bijak dalam segala hal, termasuk
dalam makanan. setiap orang harus mengkira-kira seberapa banyak yang dia
butuhkan agar tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dalam hadist,
Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :
فثلث
لطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه
Artinya
: "Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk
nafas." (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
12. Haram
Duduk Pada Tempat Makan Yang Ada Minuman Kerasnya
Diriwayatkan
dari Umar bin Al-Khattab :
نهى
رسول الله صلى الله عليه وسلم عن مطعمين، عن الجلوس على مائدة يُشرب عليها الخمر،
وأن يأكل الرجل وهو منطح على بطنه
Artinya
: "Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- melarang dari dua macam makan.
dari duduk ditempat yang dihidangkan minuman keras. dan makan dengan posisi
telungkup." (HR At-Tirmidzi dan Ad-Darimi)
SUNNAH-SUNNAH
KETIKA KELUAR/MASUK KAMAR MANDI
1. Membaca
do’a, ketika masuk kamar mandi
اللَّهُمَّ إِنيِّ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالخَبَائِثِ
“Ya Allah sesungguhnya aku
berlindung kepadamu dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan”
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال : كانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه
وسلم إذاَ دَخَلَ الخَلاَءَ قَالَ : اللَّهُمَّ إِنيِّ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الخُبُثِ
وَالخَبَائِثِ رواه البخاري
Dari Anas bin Malik berkata: “Adalah Nabi apabila masuk kamar kecil berdoa: “Ya Allah
seseungguhnya aku berlindung kepadamu dari syaitan laki-laki dan syaitan
perempuan” (HR Bukhari)
2. Membaca do’a, ketika
keluar kamar mandi
Do’a keluar WC 1
غُفْرَانَكَ
(Ghufroonak)
Artinya : Aku memohon
ampunan kepada-Mu
Keterangan :
Doa ini diambil dari hadits shahih,
diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah
Do’a keluar WC 2
الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِى أَذْهَبَ عَنِّى الأَذَى وَعَافَانِى
(Alhamdulillaahil ladzii adzhaba
annil adzaa wa 'aafaanii)
Artinya :
Segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan penyakit dariku dan menyehatkan aku
Dalilnya:
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا خَرَجَ مِنْ الْخَلَاءِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي
الْأَذَى وَعَافَانِي
Dari
Anas bin Malik ia berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika keluar
dari tempat buang air besar selalu mengucapkan: "ALHAMDULILLAAHILLADZII
ADZHABA 'ANNIL ADZAA WA 'AAFAANII (Segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan dariku rasa sakit dan menjaga kesehatanku)." (HR. Ibnu
Majah).
Imam
Nawawi mengatakan hadits tersebut adalah hadits dhaif (Majmu’ Syarh
al-Muhadzab).
Meskipun
hadits tersebut adalah hadits dhaif, diperbolehkan bahkan disukai untuk
mengamalkannya dalam hal fadhail a’mal seperti ini.
3. Memasuki
kamar mandi dengan mendahulukan kaki kiri
4. Jangan
berbicara ketika berada di WC/kamar mandi
Dari
Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu’ Bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam’ Bersabda,”Bila dua orang diantara kamu buang air, hendaklah saling
membelakangi dan jangan berbicara. Karena sesunguhnya Allah murka akan hal
itu.”
5. Tidak
boleh menghadap atau membelakangi kiblat, ketika buang air kecil dan besar
“Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu’ Bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’
Bersabda “Bila kamu mendatangi tempat buang air, janganlah menghadap kiblat
atau membelakanginya. “(HR.Bukhari dan Muslim)
6. Tidak
boleh menjawab salam ketika berada di dalam WC/kamar mandi
7. Tidak
boleh membawa atau membaca lafadz Allah dan Muhammad atau ayat-ayat Al Quran
atau hadits ke dalam WC/ kamar mandi
8. Memakai
tabir penghalang agar tidak terlihat orang lain
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabada : “Bila kamu buang air hendaklah
beristitar (menutup tabir). Bila tidak ada tabir maka menghadaplah ke
belakang.”(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
9. Keluar
dari WC/kamar mandi dengan mendahulukan kaki kanan.
SUNNAH-SUNNAH
DALAM BERPAKAIAN
1. Membaca
“bismillah” ketika ingin memakainya atau ingin melepasnya, Imam an Nawawi
mengatakan hal ini di sunnahkan untuk setiap pekerjaan.
Do’a
Memakai Baju/Pakaian
Kaum
muslimin, rahimakumullaah. Hendaklah setiap kali kita memakai baju, baik gamis,
baju koko, jaket, kaos ataupun jenis baju lainnya, kita membaca:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ كَسَانِيْ هَذَا (الثَّوْبَ) وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ
مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ
“Segala
puji bagi Allah yang telah memakaikan kepadaku pakaian ini dan yang telah
memberikan rizki pakaian ini kepadaku tanpa ada daya dan kekuatan dariku.” (HR.
Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Ibnu Majah, lihat Irwaa`ul Ghaliil 7/47)
2. Ketika
Rasulullah saw. Ingin memakai pakaiannya atau sorbannya maka beliau
mengucapkan:
“Allahumma
inni as aluka min khairihi wa khairi maa hua lah, wa a’udzu bika min syarrihi
wa syarri maa hua lah”.
Artinya:
“ Ya Allah! Aku meminta kepada-Mu kebaikannya (pakaian ini) dan kebaikan yang
tercipta untuknya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya (pakaian ini)
dan keburukan yang tercipta untuknya”. (HR.
Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad dan di shahihkan oleh Ibn Hibban dan al Haakim dan
beliau mengatakan sesuai dengan syaratnya Imam Muslim dan di setujui oleh Imam
ad Zahaby).
3. Memulai dengan sisi kanan ketika memakainya, sesuai dengan sabda
Rasulullah saw. Yang berbunyi:
“ Jika kalian memakai (pakaian) maka mulailah
dengan sisi kanan kalian”.
(HR.
Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah dan hadits ini Shahih).
4.
Membuka pakaiannya dan celana di mulai sisi kiri kemudian sisi
kanan.
5. Do’a
Memakai Baju Baru
Ketika
kita memakai baju/pakaian yang baru maka disunnahkan untuk membaca:
اللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيْهِ، أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا
صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ
“Ya
Allah, segala puji hanya untuk-Mu. Engkau telah memakaikan pakaian ini
kepadaku. Aku meminta kepada-Mu akan kebaikannya dan kebaikan yang dibuat
untuknya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang dibuat
untuknya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Al-Baghawiy, lihat Mukhtashar
Syamaa`il At-Tirmidziy karya Asy-Syaikh Al-Albaniy hal.47)
Kita
meminta kepada Allah kebaikan pakaian dikarenakan pakaian itu bisa digunakan
sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya. Sebaliknya kita meminta perlindungan
dari kejelekannya karena pakaian itu bisa menjadi sebab berbuat durhaka
kepada-Nya seperti adanya perasaan ‘ujub, sombong dan sejenisnya.
6. Mendo’akan
Orang yang Memakai Baju Baru
Apabila
kita melihat orang lain, saudara ataupun teman kita memakai baju baru, maka
disunnahkan bagi kita untuk mendo’akannya. Adapun do’anya adalah:
تُبْلِي
وَيُخْلِفُ اللهُ تَعَالَى
“Semoga
berumur panjang, dipakai sampai usang dan diganti dengan yang lebih baik oleh
Allah Ta’ala.” (HR. Abu Dawud 4/41, lihat Shahih Abu Dawud 2/760)
Atau
membaca:
اِلْبَسْ
جَدِيْدًا، وَعِشْ حَمِيْدًا، وَمُتْ شَهِيْدًا
“Pakailah
(pakaian) yang baru, hiduplah dengan terpuji, dan matilah sebagai orang yang
syahid.” (HR. Ibnu Majah 2/1178 dan Al-Baghawiy 12/41, lihat Shahih Ibnu Majah
2/275)
7. Do’a
ketika Melepas Baju
Apabila
kita melepas baju/pakaian, hendaklah kita membaca:
بِسْمِ
اللهِ
“Dengan
nama Allah.” (HR. At-Tirmidziy 2/505 dan lainnya, lihat Irwaa`ul Ghaliil no.49
dan Shahiihul Jaami’ 3/203)
SUNNAH-SUNNAH
KELUAR/MASUK RUMAH
1. Dzikir
Keluar dari Rumah
Apabila
kita keluar dari rumah maka disunnahkan untuk membaca:
بِسْمِ
اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Dengan
nama Allah, aku hanya bertawakkal kepada Allah. Dan tidak ada daya dan kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah.” (HR. Abu Dawud 4/325 dan At-Tirmidziy 5/490,
lihat Shahih At-Tirmidziy 3/151)
اللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ،
أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيْهِ
“Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu (jangan sampai) aku tersesat atau disesatkan,
tergelincir atau digelincirkan, berbuat zhalim atau dizhalimi, berbuat
kebodohan atau dibodohi.” (HR. Ash-haabus Sunan, lihat Shahih At-Tirmidziy
3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/336)
2. Dzikir
Masuk Rumah
Berkata
Al-Imam An-Nawawiy, “Disukai bagi seseorang apabila masuk ke rumahnya untuk
mengucapkan bismillaah dan memperbanyak berdzikir kepada Allah serta
mengucapkan salam. Sama saja, apakah di rumah ada orang ataupun tidak.”
Hal
ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
فَإِذَا
دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً
“Maka
apabila kalian memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini), hendaklah kalian
memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada diri
kalian sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi
baik.” (An-Nuur:61)
Dan
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu, “Wahai anakku! Apabila kamu masuk ke keluargamu maka
ucapkanlah salam! Yang akan menjadi berkah bagimu dan bagi keluargamu.” (HR.
At-Tirmidziy no.2841, hadits hasan dengan syawahidnya, lihat Shahih Kitab Al-Adzkaar
wa Dha’iifuh 1/101)
Demikian
juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila seseorang masuk
ke rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah (menyebut nama Allah) ketika
memasukinya dan ketika makan, maka berkatalah syaithan, “Tidak ada tempat
menginap (bermalam) bagi kalian (yakni teman-temannya dari bangsa jin-pent.)
dan tidak ada makan malam.” Dan apabila dia masuk (ke rumahnya) lalu tidak
menyebut nama Allah ketika memasukinya, maka berkatalah syaithan, “Kalian
mendapatkan tempat menginap.” Dan apabila dia tidak menyebut nama Allah ketika
makan, maka berkatalah syaithan, “Kalian mendapatkan tempat menginap dan makan
malam.” (HR. Muslim no.2018 dari Jabir bin ‘Abdillahradhiyallahu ‘anhu)
Adapun
do’a masuk rumah dengan lafazh, “Bismillaahi Walajnaa wa Billaahi Kharajnaa, …
.” maka
ini adalah hadits dha’if sebagaimana dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dan
Asy-Syaikh Salim. Lihat Shahih Kitab Al-Adzkaar wa Dha’iifuh 1/101-103.
terima kasih atas ilmunya.. :)
ReplyDeleteSama-sama, semoga bermanfaat ya, makasih udah mampir :)
DeleteJadi banyak menambah pengetahuan islam,dan isya Allah akan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari,terima kasih buat artikel yang bagus ini
ReplyDeleteAamiin, iy sama2. Terimakasih telah berkunjung.
DeleteArtikelnya bagus,isya Allah akan diamalkan di kehidupan sehari-hari,terima kasih
ReplyDeletesukron ya ustazdah marhaban bikum
ReplyDeleteSama2, smoga brmanfaat ya.
DeleteAllhamdullilah,Jazakillah khairan katsiran..
ReplyDeletesangat bermanfaat gan....terimakasih.
ReplyDeleteKumpulan gambar dp bbm lucu dan Gokil
Cara dan Trik Internet Gratis
Harga dan Spesifikasi HP Terbaru
Aplikasi Android
Terimakasih infonya sangat bermanfaat
ReplyDeletesalam Aqidah Jogja
Bermanfaat sekali.. Hatur nuhun...
ReplyDeleteSangat bermanfaat sekali khususnya buat saya, kalau boleh tolong lanjutkan lagi dengan hadits keseharian yg lainnya, trima kasih
ReplyDelete